Awas! BMKG Peringatkan Ancaman Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-Laki

Gunung Lewotobi Laki-Laki memuntahkan material vulkanik saat terjadi letusan, di Flores Timur, Indonesia, Kamis, 7 November 2024. (AP Photo)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan ancaman terjadinya banjir lahar hujan dari Gunung Lewotobi Laki-Laki di Nusa Tenggara Timur (NTT). Menyusul datangnya musim hujan dan kondisi cuaca ekstrem.

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, kondisi itu dipicu fenomena La Nina, juga dinamika atmosfer.

“Belajar dari Gunung Marapi di Sumatra Barat, kami meminta seluruh pihak dan masyarakat untuk mewaspadai banjir lahar hujan yang bisa sewaktu-waktu terjadi karena sangat berbahaya,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (18/11/2024).

“Untuk itu, pemerintah daerah dan masyarakat di sekitar lereng dan jalur aliran sungai, diimbau meningkatkan kesiap-siagaan dengan menghindari bantaran sungai yang mengalir dari lereng gunung yang telah/ sedang erupsi,” tambah Dwikorita. 

Banjir lahar hujan, jelasnya, adalah banjir besar dan cepat yang terjadi ketika air hujan bercampur dengan material vulkanik dari erupsi gunung berapi. Material vulkanik tersebut bisa berupa pasir, abu, dan bebatuan yang juga bercampur dengan kayu atau pohon.

“Banjir lahar hujan, seperti yang terjadi di Sumatra Barat, bisa mengancam nyawa, menutup pemukiman, dan mengangkut batu-batu besar di sungai. Saat erupsi, tidak semua material ikut meluncur ke bawah, melainkan tertumpuk di atas. Apabila hujan lebat terjadi, maka potensi banjir lahar hujan pun semakin meningkat,” terangnya.

Menurut Dwikorita, ancaman potensi banjir lahar hujan semakin meningkat karena di musim hujan saat ini Indonesia juga dilanda fenomena La Nina. Fenomena ini, kata dia, akan berlangsung mulai akhir tahun 2024 hingga setidaknya Maret atau April 2025.

Disebutkan, La Nina adalah fenomena iklim global yang akibat anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang menjadi lebih dingin dibandingkan biasanya. Bagi Indonesia, fenomena ini menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir sebagian besar wilayah yang berkisar 20-40%.

Update Kondisi Cuaca di NTT

Sementara itu, , Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengungkapkan, berdasarkan pantauan BMKG, selama sepekan terakhir kondisi cuaca di NTT cukup bervariasi.

“Wilayah NTT terpantau cerah berawan hingga hujan ringan, dengan hujan disertai petir terjadi di beberapa wilayah seperti Pulau Timor, Manggarai, Manggarai Barat, Ngada, Sikka, dan Flores Timur. Sedangkan, berdasarkan hasil pengamatan terkini pada 16 November 2024, curah hujan tercatat sebesar 45,2 mm/hari di Stasiun Meteorologi Eltari Kupang, 31,4 mm/hari di Stasiun Meteorologi Gewayantana Flores Timur, dan 2,6 mm/hari di Stasiun Meteorologi Frans Seda Maumere,” paparnya. 

“Hingga awal November 2024, sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) telah mulai memasuki awal musim hujan. Namun, wilayah di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki diprediksi baru akan memasuki musim hujan pada awal Desember. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko banjir lahar hujan di sekitar lereng gunung tersebut,” tutur Guswanto.

Dalam 10 hari ke depan, cuaca di wilayah NTT secara umum diprakirakan cerah berawan hingga hujan ringan.

“Namun, terdapat potensi hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah seperti Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, sebagian Sikka, sebagian Alor, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS), Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya,” sebutnya.

“Potensi hujan yang masih tinggi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) berpotensi meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi basah, termasuk banjir lahar hujan di sekitar wilayah terdampak bencana, khususnya di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki. BMKG mengimbau masyarakat di kawasan tersebut untuk tetap tenang, tetapi terus meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana susulan yang dapat terjadi sewaktu-waktu,” tegas Guswanto.

Dalam keterangan yang sama, Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menambahkan, hasil pantauan dinamika atmosfer terkini menunjukkan potensi peningkatan intensitas cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia.

“Suhu muka laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia, termasuk di utara Nusa Tenggara, memberikan suplai kelembapan yang cukup tinggi ke atmosfer, mendukung pembentukan awan hujan yang lebih intens,” ungkapnya.

“Selain itu, faktor labilitas atmosfer lokal, meningkatkan peluang terjadinya hujan lebat, petir, dan angin kencang dalam beberapa hari ke depan,” kata Andri.

Menurut Andri, potensi pertumbuhan awan hujan kategori tinggi (>70%) juga terdeteksi di sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

“Dengan kondisi ini, intensitas hujan diperkirakan lebih dominan di wilayah-wilayah yang sudah memasuki musim hujan,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*