China mengungkapkan keberatan keras terhadap tarif tambahan yang dikenakan Uni Eropa terhadap mobil listrik buatan negara tersebut.
Tarif ini diberlakukan setelah penyelidikan antisubsidi menyimpulkan bahwa dukungan pemerintah China memberikan keuntungan tidak adil yang merugikan produsen mobil Eropa.
Juru bicara Kementerian Perdagangan China menegaskan pihaknya tidak menyetujui atau menerima putusan ini dan telah mengajukan keluhan melalui mekanisme penyelesaian sengketa WTO.
“China akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingan sah perusahaan China,” katanya, dilansir AFP, Rabu (30/10/2024).
Uni Eropa menetapkan tarif tambahan tersebut Selasa, yang akan berlaku selama lima tahun. Tarif ini, yang berlaku di atas pajak impor 10% pada mobil listrik dari China, juga akan diterapkan pada kendaraan produksi perusahaan asing yang dibuat di China, seperti Tesla dengan tarif tambahan 7,8%.
Produsen besar China, seperti Geely, dikenai tarif tambahan sebesar 18,85, sedangkan SAIC menerima tarif tertinggi sebesar 35,3%.
Menurut pihak China, penyelidikan anti-subsidi Uni Eropa memiliki “banyak aspek yang tidak masuk akal dan tidak sesuai” dan mencerminkan praktik proteksionis yang merugikan pasar global.
“Kami berharap Uni Eropa akan mengadopsi sikap konstruktif, bekerja sama dengan China untuk mencapai solusi yang dapat diterima kedua belah pihak dan menghindari peningkatan ketegangan perdagangan,” tambahnya.
Sementara itu, ketegangan perdagangan antara China dan Uni Eropa meluas, dengan penyelidikan Uni Eropa yang juga mencakup subsidi China untuk panel surya dan turbin angin. Di sisi lain, China sendiri juga telah melakukan penyelidikan terhadap subsidi Uni Eropa untuk produk susu dan daging babi yang diekspor ke China.
Uni Eropa bukan satu-satunya pihak yang memberlakukan tarif tinggi pada mobil listrik China; Amerika Serikat dan Kanada juga baru-baru ini menerapkan tarif yang jauh lebih tinggi, mencapai 100% untuk impor mobil listrik dari China.