Harga emas dunia melandai setelah terbang dalam tiga hari. Kendati melemah, sang logam mulia masih bertahan di dekat level tertinggi dalam lima minggu terakhir.
Mengutip Refinitiv, harga emas spot pada hari ini, Jumat (17/1/2025) pukul 17.42 WIB berada di posisi US$ 2.703,98 per troy ons, melemah 0,36% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Harga emas sudah terbang hampir 2% dalam tiga hari perdagangan terakhir. Kenaikan didorong oleh ekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga lebih dari sekali pada tahun ini. Data inflasi AS yang melemah serta pelemahan dolar AS semakin memperkuat daya tarik emas sebagai instrumen lindung nilai.
Namun, harga emas yang melaju kencang mulai tersendat-sendat pada hari ini. Melandainya harga emas salah satunya karena rencana gencatan senjata antara Israel vs Hamas. Gencatan diharapkan sudah dimulai pada 19 Januari 2025.
Emas adalah aset aman yang dicari di tengah ketidakpastian politik, seperti perang. Saat perang memanas, harga emas biasanya melambung.
Secara keseluruhan, emas kemungkinan besar akan menutup pekan ini dengan penguatan.
Kenaikan harga emas pekan ini didukung oleh data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan. Inflasi inti AS melandai menjadi 3,2% year-on-year pada Desember 2024, turun dari 3,3% pada bulan sebelumnya. “Data ini memberikan harapan bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan moneter, yang mengurangi biaya peluang aset tanpa imbal hasil seperti emas,” kata Ajay Kedia, Direktur Kedia Commodities, kepada Reuters.
Setelah data inflasi dirilis, Gubernur The Fed Christopher Waller mengindikasikan kemungkinan adanya tiga hingga empat kali pemangkasan suku bunga pada tahun ini jika data ekonomi AS terus melemah. Ekspektasi ini tercermin dari CME FedWatch Tool, yang menunjukkan peluang hampir 50% bahwa The Fed akan memulai pemangkasan suku bunga pada Juni mendatang.
Selain faktor kebijakan moneter, ketidakpastian geopolitik juga memengaruhi harga emas. Presiden terpilih AS, Donald Trump, akan memulai masa jabatan keduanya minggu depan, yang diantisipasi pasar dapat mendorong inflasi melalui kebijakan fiskal yang agresif. “Ketidakpastian akibat kebijakan administrasi yang baru memperkuat daya tarik emas sebagai alat lindung nilai risiko,” ujar Michael Langford, Chief Investment Officer Scorpion Minerals.
Di pasar logam lainnya, harga perak terkoreksi tipis 0,4% menjadi US$ 30,64 per ons, namun tetap mencatat kenaikan mingguan untuk ketiga kalinya secara berturut-turut. Palladium melemah 0,5% ke US$ 936,25 per ons, menghadapi penurunan mingguan terbesar sejak Agustus 2024. Sementara itu, platinum stabil di posisi US$ 932,01 per ons, meskipun mencatatkan pekan terburuk sejak bulan yang sama
Investor diimbau untuk terus memantau perkembangan data ekonomi dan kebijakan bank sentral yang masih menjadi pendorong utama pergerakan emas. Dengan harapan pemangkasan suku bunga The Fed dan ketidakpastian geopolitik yang tinggi, emas diproyeksikan tetap menjadi instrumen pilihan bagi pelaku pasar di tengah volatilitas global.