Harga minyak naik dalam perdagangan awal pada hari ini, setelah pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Iran meningkatkan ancaman konflik Timur Tengah yang lebih luas dan adanya tanda-tanda permintaan minyak yang kuat di AS.
Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Rabu (31/7/2024) harga minyak Brent tercatat US$81,22 per barel, naik 0,62% dibandingkan posisi kemarin. Sementara minyak mentah WTI naik 0,63% ke US$78,39 per barel.
Pada perdagangan kemarin kedua acuan minyak mentah tersebut melonjak drastis, masing-masing naik 2,66% dan 4,26%.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, pada hari Rabu, kurang dari 24 jam setelah komandan militer tertinggi Hezbollah yang berbasis di Lebanon terbunuh dalam serangan Israel di ibu kota, Beirut.
Pembunuhan tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa perang 10 bulan di Gaza antara Israel dan Hamas berubah menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas, yang berpotensi menyebabkan gangguan pasokan minyak dari wilayah tersebut.
“Kami khawatir wilayah tersebut berada di ambang perang habis-habisan,” kata perwakilan Wakil Jepang di PBB Shino Mitsuko pada hari Rabu saat dewan keamanan PBB menyerukan upaya diplomatik yang ditingkatkan.
Juga mendorong naik harga minyak adalah serangkaian rilis data dari AS, konsumen minyak terbesar di dunia, dan dolar yang lebih lemah.
Permintaan ekspor yang kuat mendorong persediaan minyak mentah AS turun 3,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 26 Juli menjadi 433 juta barel, data dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan pada hari Rabu.
Persediaan minyak AS telah menurun selama lima minggu berturut-turut, periode terpanjang sejak Januari 2021.
Permintaan minyak AS berada pada rekor musiman pada bulan Mei karena konsumsi bensin melonjak ke level tertinggi sejak sebelum pandemi, menurut rilis data terpisah dari EIA pada hari Rabu.
Sementara itu, indeks dolar AS =USD memperpanjang kerugian pada hari Kamis dari sesi sebelumnya, setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga stabil tetapi membuka kemungkinan pemotongan pada bulan September. Dolar yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan minyak dari investor yang memegang mata uang lain.