NBA dan era baru paritas

NBA dan era baru paritas

Dalam sejarah panjang NBA, kata “dinasti” telah menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi liga bola basket Amerika itu.

Boston Celtics-nya Bill Russell pada era 1960-an, persaingan legendaris Magic Johnson dan Larry Bird di tahun 1980-an, dominasi Chicago Bulls era Michael Jordan di dekade 1990-an, hingga kejayaan Los Angeles Lakers dan San Antonio Spurs pada 2000-an. Semua mengukir era dengan kejayaan yang berulang. Juara yang itu-itu saja pada masanya.

Namun kini, lanskap NBA terlihat berubah drastis.

Sejak Golden State Warriors terakhir kali meraih gelar beruntun pada 2017 dan 2018, NBA memasuki periode unik dalam sejarahnya. Tujuh tim berbeda menjuarai liga dalam tujuh musim terakhir. Ini rekor baru.

Tak hanya itu, sebelas finalis berbeda muncul dalam periode tersebut. Ini menjadi penanda era baru yang oleh banyak pengamat disebut sebagai era paritas, kesepadanan kekuatan.

Paritas ini bukan sekadar kebetulan. Liga kini dirancang sedemikian rupa agar kompetisi lebih seimbang. Tujuannya jelas, lebih banyak tim memiliki peluang nyata untuk juara.

Komisaris NBA Adam Silver secara terbuka menyebut “kesempatan kesepadanan” sebagai cita-cita utama dalam negosiasi perjanjian kerja bersama (CBA) beberapa tahun terakhir.

“Kami tidak pernah berniat menciptakan juara berbeda setiap tahun, tetapi jika itu terjadi dalam sistem yang adil, saya tidak keberatan,” ujar Silver dikutip dari ESPN.

slot gacor gampang maxwin