PT Freeport Indonesia (PTFI) sebentar lagi akan segera memulai produksi katoda tembaga pertamanya di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Manyar di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. Produksi perdana katoda tembaga ini diharapkan dapat dimulai dalam waktu dekat ini.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan bahwa pihaknya telah menyelesaikan pembangunan pabrik single line terbesar di dunia tersebut. Adapun produksi perdana katoda tembaga ini rencananya akan diresmikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Sudah beroperasi kan. Sudah siap untuk produksi dan mudah-mudahan minggu depan sudah diresmikan Pak Presiden. Tergantung jadwalnya beliau. Mudah-mudahan,” kata Tony di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, pada pekan lalu, Kamis (22/8/2024).
Sebagai informasi, smelter Freeport ini baru saja resmi beroperasi dengan seremoni penyalaan mesin perdana pada Kamis, 27 Juni 2024 lalu.
Smelter dengan desain single line terbesar di dunia ini berada di luas area 100 hektar. Adapun smelter kedua Freeport ini memiliki kapasitas input pengolahan konsentrat tembaga 1,7 juta ton per tahun dan memproduksi sekitar 600-700 ribu ton katoda tembaga per tahun.
Bersama dengan smelter yang sudah beroperasi, yakni PT Smelting, keduanya akan memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 220 ton perak per tahun.
Sebelumnya, Tony mengatakan bahwa pihaknya juga telah mendapatkan pembeli atau offtaker yang akan menyerap 100 ribu ton katoda tembaga per tahun dari smelter miliknya. Adapun pembeli tersebut yakni PT Hailiang Group yang merupakan tetangga mereka.
“Ini tetangga kita sudah mulai minta 100 ribu ton per tahun, kira-kira. Dan kemudian kalau kita harapkan juga ada industri-industri turunan lainnya yang akan meng-off take katoda tembaga kita,” ungkap Tony.
Sementara itu, untuk emas, Tony menyebut bahwa PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berkomitmen untuk mengambil 20 ton emas yang diproduksi dari smelter miliknya.
Meski begitu, ia juga berharap ada pasar domestik yang dapat menyerap sisa katoda tembaga hasil smelter ini.
“Kalau domestik, pasarnya ada, tentu saja kita sangat senang untuk jual domestik. Karena jual domestik, jual ekspor sama aja kalau sudah produk hilir seperti itu ya. Maksudnya sama aja adalah harganya akan sama, ongkos angkutnya lebih murah domestik tentu saja,” ungkap Tony.