
PT Pertamina (Persero) mengungkapkan bahwa pendapatan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku Subholding Upstream Pertamina di 2024 telah tembus US$ 14 miliar atau sekitar Rp 229 triliun (asumsi kurs Rp 16.410 per US$).
Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro mengatakan bahwa pencapaian tersebut tak terlepas dari strategi yang telah diterapkan perusahaan.
Wiko menilai bahwa meski produksi minyak domestik mengalami tantangan akibat bencana alam pada 2024 dan penurunan produksi alamiah, Pertamina tetap berupaya menutup gap produksi melalui berbagai langkah.
Langkah tersebut antara lain mengelola produksi dasar (baseline), peningkatan jumlah pengeboran, injeksi air (water flood), mengaktivasi kembali sumur nganggur (idle well), serta pembahasan perbaikan fiscal term bersama dengan pemerintah.
“Profil produksi tersebut mampu menjaga capaian revenue untuk Subholding Hulu pada level US$ 14 miliar, kurang lebih sama dengan tahun 2023,” kata Wiko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Selasa (11/3/2025).
Adapun di sektor hulu, produksi minyak dan gas bumi, baik dari domestik serta internasional, milik Pertamina berhasil dipertahankan pada level 1,044 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), di mana kontribusi produksi migas Pertamina terhadap produksi nasional yaitu 69% untuk minyak dan gas 37%.
“Di Subholding Hulu, produksi dari domestik dan internasional dapat terjaga pada level 1.044.000 barel setara minyak per hari, dengan kontribusi Pertamina pada produksi nasional 69%, untuk minyak dan gas 37%,” kata Wiko.