Peneliti dari Digital Kreasi Budaya (Digikara) Burhanuddin Aziz menyampaikan paparan dalam Diskusi Perahu Tradisional dan Budaya Bahari Wilayah Timur & Pembukaan Ruang Miniatur Perahu Tradisional Nusantara & Peluncuran Program Looking for the East di Museum Kebaharian Jakarta, Rabu (11/12/2024). (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)
Peneliti dari Digital Kreasi Budaya (Digikara) Burhanuddin Aziz menekankan pentingnya pengenalan kebudayaan maritim Indonesia, salah satunya perahu tradisional, yang dikemas dengan menarik agar mudah diterima saat disampaikan kepada generasi muda.
“Apa yang kita lakukan adalah bagaimana membuat itu menarik ke generasi selanjutnya,” kata Burhanuddin dalam sebuah diskusi di Museum Kebaharian Jakarta pada Rabu.
Lebih lanjut, peneliti lulusan Universitas Indonesia itu menjelaskan, informasi mengenai aneka ragam perahu tradisional dari berbagai wilayah di Indonesia dapat disampaikan melalui media-media yang digemari generasi muda seperti komik atau pertunjukan seni.
“Misalnya alih wahana bagaimana perahu itu dialihwahanakan menjadi komik atau media visual. Bisa juga ditampilkan dalam pertunjukan atau seni rupa sehingga orang lebih dekat dengan itu,” paparnya.
Menurutnya, pelestarian tradisi pembuatan perahu tradisional perlu diupayakan bersama dengan melibatkan berbagai pihak seperti peneliti hingga media.
“Setidaknya dari berbagai wilayah mulai dari Aceh sampai Papua tentu saja tidak bisa sendiri harus terus menerus mempublikasikan,” kata Burhanuddin.
Ia menyoroti tantangan dalam mempertahankan tradisi kemaritiman tradisional Indonesia adalah para pelaku budaya yang berangsur berkurang hingga minimnya dokumentasi.
“Tradisi pembuatan perahu yang hilang, memori yang hilang dan belum sempat kita dokumentasikan menjadi salah satu tantangan,” katanya.
Diketahui, Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengajak generasi muda untuk melek budaya dengan lebih mengenal dan mencintai budaya Indonesia.
Menurut dia, budaya adalah fondasi jati diri bangsa yang harus terus dilestarikan, terutama di tengah derasnya arus globalisasi.
“Kita harus mencintai budaya kita sendiri. Kalau tidak berangkat dari budaya, kita bisa kehilangan jati diri di tengah arus globalisasi yang semakin kompleks,” kata Fadli Zon.
Ia menekankan pentingnya literasi budaya melalui berbagai media yang ada. Selain membaca buku, generasi muda juga diajak memanfaatkan konten budaya di media digital dan media sosial.
Hal tersebut dianggap penting, mengingat budaya Indonesia sangat beragam, mulai dari tradisi hingga bentuk kontemporer yang penuh daya tarik.