
Proyek pembangunan MRT Jakarta Fase 2A tak hanya akan memperluas jaringan transportasi publik Ibu Kota, tetapi juga bakal menghadirkan pengalaman baru bagi masyarakat dengan kehadiran galeri bawah tanah yang penuh sejarah.
PT MRT Jakarta (Perseroda) akan menghadirkan galeri bawah tanah yang memamerkan berbagai artefak dan benda cagar budaya yang ditemukan selama proses konstruksi.
“Kami punya dua stasiun yang kami sebut stasiun ikonik, yaitu Stasiun Monas dan Kota,” kata Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda) Weni Maulina saat menjadi pembicara dalam MRTJ Fellowship Program 2025 di Jakarta, Kamis.
Weni menjelaskan bahwa di Stasiun Monas, rencananya akan dibangun semacam galeri yang menampilkan bangunan-bangunan bersejarah. Konsepnya akan disesuaikan dengan tema-tema yang relevan dengan lokasi dan sejarah di sekitarnya.
Sementara itu, di Stasiun Kota, berbagai temuan cagar budaya dan benda diduga cagar budaya akan dipajang.
Weni menyebut, saat ini tim MRT Jakarta sedang berkoordinasi intensif dengan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta untuk mengkurasi benda-benda apa saja yang akan dipamerkan.
Sejumlah cagar budaya telah ditemukan di sepanjang jalur MRT Jakarta Fase 2A, yang membentang dari Bundaran HI hingga Kota.
Cagar budaya tersebut Monumen Nasional (Monas), Museum Nasional, Menara BTN, Istana Presiden RI, Gedung Arsip Nasional, Gedung Sarinah, Museum Bank Indonesia, Gedung Chandranaya, Pantjoran Tea House, Museum Bank Mandiri, Tugu Jam Thamrin, dan Stasiun Jakarta Kota (BEOS).
Selain itu, ditemukan juga benda cagar budaya yang diidentifikasi selama proses pembangunan MRT Jakarta Fase 2A, di antaranya Jembatan Glodok, saluran pipa air kuno Batavia (terakota), dan rel trem Batavia.
Tak hanya itu, ditemukan pula berbagai artefak lain, seperti tulang sendi dan gigi hewan pemamah biak (kerbau), fragmen keramik China dan Eropa, peluru, botol tembikar, hingga koin Belanda yang diperkirakan berasal dari abad ke-18 hingga ke-20 Masehi.
Weni menegaskan bahwa proses penanganan beda-benda bersejarah ini dilakukan dengan sangat hati-hati, melibatkan konsultasi dengan para ahli arkeologi dan ahli struktur.
Metode penangananya meliputi pelestarian in-situ (di lokasi penemuan) dan ex-situ (dipindahkan ke tempat lain untuk diamankan dan dipamerkan).
Semua proses ini juga harus melalui perizinan ketat dari Tim Sidang Pemugaran (TSP), Tim Ahli Cagar Budaya, dan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.
Selain itu, PT MRT Jakarta juga melakukan survei pra-konstruksi dan pemasangan sensor di bangunan-bangunan cagar budaya serta di kawasan Ring 1 (VVIP) untuk memastikan perlindungan maksimal selama proyek berlangsung.
Jalur MRT Jakarta Fase 2A akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Kota sepanjang sekitar 5,8 kilometer.
Fase ini terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota.
Fase 2A tersebut dibagi menjadi dua segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI—Harmoni yang ditargetkan selesai pada 2027, dan segmen dua Harmoni—Kota yang ditargetkan selesai pada 2029.