Tanaman ‘Harta Karun’ RI Ternyata Dipakai Nabi Muhammad Buat Ibadah

A Saudi man holds a handful of Oud or Agarwood at his shop in Riyadh, 10 October 2007. Oud, also known by the names Agrawood and Aloeswood, in the resinous aromatic heartwood of the Aquilaria tree, native to southeast Asia, that is highly valued for its pleasing fragrance and thus used as incense. Oud is one of the products that Saudi Muslims traditionally stock-up on in preparation for the Eid al-Fitr festivities that mark the end of Ramadan. AFP PHOTO/HASSAN AMMAR (Photo credit should read HASSAN AMMAR/AFP via Getty Images)
Foto: Kayu Gaharu (Photo HASSAN AMMAR/AFP via Getty Images)

Nabi Muhammad menaruh perhatian lebih kepada wewangian dan ibadah. Dalam hadits riwayat Al-Bukhari, Rasulullah meminta setiap umat memakai wewangian jika memilikinya. 

“Sesungguhnya Allah mempunyai hak atas setiap Muslim untuk mandi setiap tujuh hari. Jika ia mempunyai wewangian, hendaklah dipergunakan.” (HR Bukhari).

Nabi Muhammad sendiri diketahui sering menggunakan wewangian untuk keperluan sehari-hari, termasuk ibadah. Setiap ibadah Nabi selalu menyemprotkan parfum untuk menyegarkan diri. Istri Nabi, Aisyah RA, bersaksi salah satu wewangian paling disukai adalah kayu gaharu. 

“Menurut sebuah hadits yang terdapat dalam kitab Akhlaq an-Nabi wa Adabuhu karya Abu asy-Syaikh al-Ashbahani, Aisyah RA menuturkan, “Wewangian yang paling disukai oleh Rasulullah SAW adalah ud (kayu gaharu).”,” dikutip dari Detik Hikmah. 

Meski disukai Nabi Muhammad, kayu gaharu bukan tanaman asli Arab Saudi atau Timur Tengah. Artinya, mendapatkannya harus melalui impor dari wilayah lain dengan harga sangat tinggi. Sebab, gaharu dikirim dari wilayah di bagian Timur bumi yang jauh dari tanah Arab, salah satunya, Indonesia. 

Tanaman Asli Indonesia

Popularitas gaharu yang dalam bahasa Inggris disebut Agarwood sebenarnya tak hanya di Arab Saudi, tetapi juga di berbagai peradaban besar dunia lain.

Jauh sebelum Islam dan Nabi Muhammad eksis, masyarakat India pada tahun 1500 SM sudah menggunakan gaharu sebagai persembahan keagamaan. Konon, gaharu yang disebut Nabi, berasal dari India. Lalu di China pada tahun 700, gaharu sudah digunakan untuk wewangian dan jadi barang penting untuk berbagai acara keagamaan.

Semua pengguna gaharu di berbagai belahan dunia punya satu masalah serupa, yakni kesulitan memperolehnya. Ini bisa terjadi karena dua hal.

Pertama, sulit diakses. Gaharu yang memiliki genus bernama Latin Aquilaria hanya ada di hutan hujan Indonesia, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia, India, Bangladesh, Filipina, dan Papua Nugini.  Akibatnya orang-orang dari seluruh dunia harus menerima pasokan gaharu dari berbagai wilayah tersebut.

Kedua, langka. Jika pasokan memenuhi bukan berarti gaharu mudah diperoleh sebab keunikannya terletak pada kecacatan pohon. Peneliti Ashley Buchanan di Daily JStor menulis, gaharu yang bisa mengeluarkan wewangian adalah pohon yang sakit. 

Infeksi mikroba atau jamur pada pohon gaharu yang terluka akan membuat reaksi kekebalan alami. Reaksi inilah yang menghasilkan aromatik semerbak. Masalahnya, tak semua gaharu bisa sakit dan ditumbuhi mikroba atau jamur. Hanya 7-10% saja yang bisa terinfeksi dan menghasilkan gaharu sangat wangi.  

“Dalam keadaan alami, pohon yang menghasilkan gaharu tidak lebih mahal daripada pohon lain di Asia Selatan dan Asia Tenggara,” ungkap Ashley menunjukkan bahwa gaharu hanya pohon biasa jika tidak sakit.

Dalam literatur kolonial, keharuman gaharu sudah dicatat dan menjadi barang sangat penting. Hal ini salah satunya terungkap dalam buku terbitan tahun 1906 karya Frederik Willem van Eeden berjudul Houtsoorten van Nederlandsch Oost-Indië.

Di situ tertulis jelas bahwa gaharu alias Aquilaria Agaloscha adalah tanaman asli Sumatera yang sangat multifungsi. Di Indonesia, kayu gaharu biasa dipakai untuk membuat rumah. Ini disebabkan karena gaharu sangat keras, sehingga cocok jadi pondasi rumah. Sedangkan, resin gaharunya dikirim ke Timur Tengah dengan harga tinggi sebagai bahan baku parfum. 

Pengiriman gaharu Indonesia ke Timur Tengah bukan menutup kemungkinan hanya terjadi di masa kolonial atau sekarang, tetapi juga saat Islam eksis di tahap awal atau tahun 600-an. Sebab, jalur perdagangan Arab-Nusantara sudah terbuka sejak dahulu. Salah satu bukti lainnya dilihat pada perdagangan kamper dari Barus ke Arab Saudi di abad ke-6 dan 7 Masehi.

Sampai sekarang, gaharu berkualitas tinggi dapat mencapai Rp 53 juta per kilogram, sementara di pasar internasional harganya bisa melonjak hingga Rp 133 juta per kilogram. Atas dasar ini, gaharu disebut juga tanaman ‘harta karun’ asli Indonesia. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*