Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya menggalakkan strategi untuk menekan impor LPG di Indonesia. Salah satunya, melalui pengoptimalan penggunaan gas bumi dalam negeri.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menjelaskan bahwa prioritas pemanfaatan gas domestik dilakukan dengan melakukan integrasi pipa transmisi gas bumi dari Pulau Sumatera hingga Pulau Jawa.
“Prioritas gas domestik dilakukan dengan integrasi pipa gas sepanjang Sumatera, dan integrasi Sumatera-Jawa,” kata Yuliot dalam acara Hilir Migas Conference, Expo & Awards 2024 di Jakarta, Kamis (12/12/2024).
Menurut dia, pipa transmisi yang menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa dilakukan guna menyalurkan potensi gas bumi yang berasal dari Wilayah Kerja (WK) Agung dan WK Andaman, Aceh. Terutama untuk dimanfaatkan di Jawa dan Sumatera.
Yuliot menilai, integrasi pipa gas dari Sumatera ke Jawa dilakukan antara lain melalui investasi pembangunan dua jalur transmisi yang belum tersambung, yaitu Cirebon-Semarang dan Dumai-Sei Mangkei.
“Manfaat dari pembangunan pipa gas bumi ini antara lain adalah mendukung harga gas yang lebih terjangkau dengan toll fee yang lebih rendah, memenuhi kebutuhan gas untuk industri, pembangkit listrik, komersil dan rumah tangga, serta mendukung Program Jargas,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM resmi memulai pembangunan proyek pipa transmisi gas bumi Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap II sepanjang 245 km. Proyek ini mencakup jalur sepanjang 245 kilo meter (km) yang menghubungkan Batang, Cirebon, hingga Kandang Haur Timur.
Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman menjelaskan bahwa pemerintah telah mencanangkan pengembangan infrastruktur gas untuk menyambungkan transmisi dari Aceh hingga Jawa Timur.
Menurut dia, proyek Cisem sendiri akan menjadi bagian penting dari upaya pemerintah menghubungkan bagian-bagian yang belum terintegrasi di jalur transmisi gas nasional.
“Pemerintah sudah mencanangkan untuk pembangunan infrastruktur gas ini agar bisa dibangun transmisi gas itu menyambungkan antara Aceh dan Jawa Timur. Jadi satu garis nih pipa gasnya ini,” kata Laode dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Kamis (3/10/2024).
Laode menilai upaya pemerintah untuk menghubungkan pipa transmisi gas dari Aceh hingga Jawa Timur cukup penting dilakukan. Sebab, kebutuhan gas bumi untuk pasar domestik kini kondisinya jauh lebih besar dibandingkan untuk ekspor.
“Kalau 10 tahun lalu kita masih besar ekspor, sekarang sudah lebih besar kita manfaatkan dalam negeri,” ujarnya.