
Tragedi memilukan terjadi di pinggiran ibu kota Kenya, Nairobi, ketika seorang gadis berusia 14 tahun tewas diserang seekor singa betina yang menerobos masuk ke sebuah permukiman di malam hari.
Insiden yang terjadi pada Sabtu malam itu memperlihatkan meningkatnya ketegangan antara satwa liar dan komunitas manusia di wilayah yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Nairobi.
Menurut keterangan dari Kenya Wildlife Service (KWS) yang disampaikan pada Minggu (20/4/2025), singa betina tersebut melompati pagar darurat yang mengelilingi sebuah rumah di kawasan pinggiran selatan taman nasional. Ia lalu masuk ke dalam rumah dan menyerang sang gadis yang sedang berada di dalam bersama seorang remaja lainnya.
“Tidak ada bukti bahwa korban memprovokasi hewan tersebut,” ujar Paul Udoto, Manajer Senior Komunikasi Korporat KWS, dikutip dari CNN International.
Remaja kedua berhasil melarikan diri dan segera memberi peringatan kepada warga dan pihak berwenang.
Tim tanggap darurat dan penjaga KWS segera dikerahkan ke lokasi kejadian. Mereka mengikuti jejak darah yang mengarah ke Sungai Mbagathi, tempat jenazah korban ditemukan dengan luka parah di bagian punggung bawah.
Saat ini, tim KWS telah memasang jebakan dan meluncurkan operasi pencarian untuk menemukan dan mengamankan singa betina tersebut. Mereka juga mempercepat upaya penguatan keamanan di wilayah perbatasan taman nasional, termasuk melalui pemasangan pagar listrik dan pengembangan sistem peringatan dini berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dapat memberi tahu masyarakat jika ada pergerakan satwa liar di sekitar pemukiman.
“Kami sedang mengevaluasi sistem keamanan dan memperkenalkan teknologi peringatan dini untuk mencegah tragedi seperti ini terulang,” tambah Udoto.
KWS menduga singa betina tersebut tersesat atau mengalami disorientasi dari pola berburu normalnya karena semakin terbatasnya ketersediaan mangsa di habitat aslinya. Peningkatan aktivitas manusia di sekitar taman juga ditengarai menjadi pemicu hewan keluar dari wilayah konservasi.
Gajah Serang Manusia
Tak hanya itu, sehari sebelum kejadian tragis ini, insiden serupa terjadi di County Nyeri, Kenya, saat seekor gajah menyerang seorang pria berusia 54 tahun yang sedang menggembala ternak di hutan. Pria tersebut mengalami luka di dada, patah tulang rusuk, serta trauma internal. Ia dinyatakan meninggal setibanya di rumah sakit.
“Kejadian ini menunjukkan bahwa aktivitas manusia yang masuk ke wilayah jelajah satwa liar sangat rentan menimbulkan konflik,” jelas Udoto.
Menurut penyelidikan awal KWS, dua insiden tersebut diyakini merupakan bagian dari dampak yang lebih luas akibat tekanan ekologi dan perluasan aktivitas manusia ke dalam habitat alami satwa liar.
KWS menekankan pentingnya investasi berkelanjutan dalam upaya mitigasi konflik antara manusia dan satwa liar. Hal ini termasuk intervensi strategis, penguatan sistem peringatan dini, serta kolaborasi erat dengan komunitas yang terdampak.
Serangan oleh singa dan gajah sebenarnya tergolong jarang, namun tetap menjadi ancaman di daerah-daerah tertentu yang dekat dengan taman nasional atau cagar alam.
Menurut Udoto, serangan singa hanya menyumbang kurang dari 2% dari semua insiden yang melibatkan manusia dan satwa liar di Kenya.
Di sisi lain, insiden dengan gajah lebih sering terjadi, terutama saat musim kemarau, ketika gajah bermigrasi mencari air dan makanan, sehingga tak jarang mereka memasuki ladang pertanian atau permukiman.