Umat Manusia Terancam, Plt Kepala BMKG Minta Gen Alpha Turun Tangan

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam acara Festival Aksi Iklim. (Dok. BMKG)
Foto: Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam acara Festival Aksi Iklim. (Dok. BMKG)

Plt. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, perubahan iklim kini menjadi tantangan terpenting. Perubahan iklim, ujarnya, mengancam kehidupan global-umat manusia.

Dwikorita pun berharap generasi muda, terutama generasi Alpha (kelahiran 2010-2024), ikut membantu menekan laju dan dampak perubahan iklim. Termasuk dengan menyumbangkan solusi inovatif.

Dwikorita mengutip laporan berbagai lembaga dunia di antaranya World Meteorological Organization (WMO), Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), dan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang menyatakan, perubahan iklim akan terus terjadi dalam beberapa dekade mendatang. Untuk itu, aksi mitigasi mendesak dilakukan.

Hal itu disampaikan dalam Festival Aksi Iklim dan Workshop Iklim Terapan: Aksi Iklim Kaum Muda untuk Perubahan Iklim Indonesia. Dwikorita mengatakan, dampak negatif yang telah ditimbulkan perubahan iklim menuntut perlunya respons global untuk melakukan aksi mitigasi dan adaptasi.

“Menurut laporan World Meteorological Organization (State of the Global Climate 2023), tahun 2023 merupakan tahun terpanas sepanjang sejarah. Dengan anomali temperatur global 1,45 derajat Celcius di atas periode praindustri. Dan periode 2015-2023 adalah 9 tahun terpanas sepanjang sejarah,” katanya dalam keterangan di situs resmi BMKG, dikutip Rabu (21/8/2024).

“Perubahan iklim ini adalah isu yang tidak bisa diabaikan. Jika tidak ada upaya mitigasi yang serius, dampaknya akan semakin parah dan merugikan masyarakat luas,” tegas Dwikorita.

Dia mengatakan, ketersediaan informasi yang mumpuni menjadi kebutuhan penting. Karena akan jadi acauan dalam membuat kebijakan yang adaptif.

“Adaptasi yang efektif adalah yang bersifat sangat lokal, yang membutuhkan informasi cuaca, iklim dan air yang dapat diandalakan untuk mendukung pembuatan kebijakan adaptasi,” ujarnya.

“Generasi muda Alpha saat ini memiliki peran besar untuk menjaga kestabilan pemanasan global agar tidak meningkat. Diharapkan, mereka dapat menjadi aktor utama upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, termasuk melalui sektor energi terbarukan,” ucap Dwikorita.

Untuk itu, lanjutnya, ada sederet solusi yang diharapkan dapat dilakukan oleh Generasi Alpha. Solusi itu diharapkan jadi inovasi dalam upaya mengatasi perubahan iklim.

“Termasuk penggunaan teknologi ramah lingkungan dan praktik berkelanjutan. Generasi muda diharapkan dapat mengambil peran aktif dalam pengambilan keputusan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” katanya.

“Serta, membangun jaringan dan kolaborasi dengan berbagai organisasi dan komunitas untuk memperkuat upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” tambah Dwikorita.

Dalam keterangan yang sama, Sekretaris Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Noer Adi Wardojo mengatakan hal senada.

“Perubahan iklim kini menjadi ancaman serius bagi kehidupan di seluruh dunia, termasuk Indonesia yang saat ini sudah kita rasakan langsung. Seperti kenaikan permukaan air laut, penurunan keanekaragaman hayati sebagai beberapa contoh yang harus kita hadapi bersama,” cetusnya.

“Yang paling rentan menghadapi perubahan iklim ini adalah para generasi muda yang menjadi tulang punggung NKRI ke depan. Karena mereka bukan hanya sebagai saksi, tapi juga diharapkan sebagai agen perubahan hadapi krisis iklim ini,” ujar Noer Adi.

Untuk itu, kata Noer Adi, peran generasi muda sangatlah penting memanfaatkan peran teknologi hijau. Yakni, untuk melakukan perubahan sesuai dengan era perkembangan aksi adaptasi perubahan iklim ke depan.

kas138

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*