(Kiri-kanan): Mantan menteri luar negeri Thailand Kasit Piromya, anggota parlemen Thailand Chonthica “Lookkate” Jangrew, anggota parlemen Filipina France Castro, anggota parlemen Malaysia Syerleena Abdul Rashid, Ketua mitra Parlemen ASEAN untuk Hak Asasi Manusia (APHR) Charles Santiago, dan mantan anggota DPR RI Taufik Basari menghadiri arahan pers APHR di Denpasar, Minggu (8/12/2024). (ANTARA/Cindy Frishanti)
Ketua mitra Parlemen ASEAN untuk Hak Asasi Manusia (APHR) Charles Santiago mengatakan bahwa tahun depan APHR akan fokus mengenai ancaman terhadap anggota parlemen perempuan (MPs at Risk) di kawasan Asia Tenggara.
“Kami punya program yang disebut ‘MPs at Risk‘, yang sebelumnya kami fokuskan pada pencemaran nama baik, penghasutan, dan lain sebagainya,” kata Santiago dalam arahan pers APHR di Denpasar, Minggu.
Dan pada 2025, lanjut Santiago, program tersebut akan berfokus pada serangan terhadap anggota parlemen perempuan di kawasan Asia Tenggara.
Dia pun mengajak semua yang berkepentingan untuk memberikan perhatian kepada para perempuan yang mempertaruhkan nyawa mereka dalam menegakkan kebenaran.
“Bukan hanya dukungan fisik, solidaritas dan dukungan kita, tapi kita perlu mengajak pemerintah kita untuk mendukung mereka,” kata Santiago.
Pada kesempatan yang sama, para anggota parlemen perempuan asal Malaysia, Thailand dan Filipina membagikan kisah perjalanan mereka sebagai anggota parlemen di negara mereka masing-masing.
Syerleena Abdul Rashid dari Malaysia bercerita kalau dia menjadi sasaran serangan siber dan melabeli dia sebagai liberal dan kafir serta sering mendapat pertanyaan mengapa tidak mengenakan jilbab.
Sedangkan France Castro, anggota parlemen Filipina, bercerita kalau dia dianiaya saat memperjuangkan untuk penentuan nasib sendiri dan hak atas tanah leluhur suku Lumad di Filipina.
Castro mengatakan ada aspek ekonomi atas tanah leluhur suku Lumad yaitu banyak perusahaan tambang yang ingin mendapatkan tanah leluhur suku tersebut.
Selain itu, Jangrew dari Thailand membagikan kisahnya yang mendapat “hate speech” dan komentar misoginis selama dia menjadi anggota parlemen Thailand.
Parlemen ASEAN untuk Hak Asasi Manusia (ASEAN Parliamentary for Human Rights/APHR) mengadakan temu media mengenai “Anggota Parlemen yang Terancam dan Tantangan Lain bagi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Asia Tenggara” di Denpasar, Bali.
APHR terus menghimbau semua pemangku kepentingan dan mitra internasional untuk meningkatkan upaya kolektif dalam melindungi para anggota parlemen yang menghadapi risiko di kawasan ASEAN.
Acara itu dihadiri oleh mantan menteri luar negeri Thailand Kasit Piromya, Ketua mitra APHR yang juga mantan anggota parlemen Malaysia Charles Santiago dan mantan anggota DPR RI Taufik Basari.
Acara itu juga dihadiri oleh anggota parlemen Filipina France Castro, anggota parlemen Thailand Chonthica “Lookkate” Jangrew dan anggota parlemen Malaysia Syerleena Abdul Rasyid. https://lukenivip.org/