“Kiamat” Baru Acam Jepang: Beras Hilang

Beras Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)
Foto: Beras Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

“Kiamat” baru mengancam Jepang. Negara itu mulai mengalami kurangnya beras di toko-toko.

Mengutip Japan Times, Jumat (23/8/2024), rak-rak beras di swalayan kini sering kosong dan toko membatasi pembelian konsumen hanya satu kantong. Fenomena ini bahkan sudah terjadi beberapa minggu.

Lalu apa yang terjadi? Mengapa Jepang kekurangan beras?

Seorang perwakilan kementerian pertanian, Hiroshi Itakura, mengatakan bahwa ini terjadi akibat kombinasi sejumlah faktor. Seperti kekhawatiran yang membayangi atas gempa bumi Palung Nankai yang membuat orang-orang menimbun beras.

“Tetapi kelangkaan saat ini seharusnya tak usah membuat warga terlalu khawatir,” ujarnya.

Menurutnya Agustus memang menjadi momen “kelangkaan” beras tiap tahun di Jepang. Karena sejumlah daerah penghasil beras di Jepang memang baru mulai memanen beras baru pada September.

Ketika pandemi pun sebenarnya beras Jepang surplus. Pasalnya lebih sedikit orang yang makan di luar selama krisis COVID-19.

Namun, tahun ini, surplus tersebut akhirnya habis dan permintaan juga kembali ke tingkat biasanya. Ini pun mendorong “kelangkaan” maju dari bulan biasanya.

“Jadi, sebenarnya sudah ada sedikit kelangkaan sekitar bulan Juni, Juli, dan Agustus,” jelasnya lagi.

“Namun, jika digabungkan dengan ini, dalam satu atau dua minggu terakhir, peringatan gempa Palung Nankai menyebabkan peningkatan penjualan beras, selain barang-barang seperti air dan barang-barang darurat, menurut orang-orang di sektor distribusi,” kata Itakura lagi.

Di sisi lain, menurut Serikat Koperasi Pertanian Pusat (JA Zenchu), kelangkaan beras di Jepang juga terjadi karena peningkatan konsumsi oleh wisatawan yang datang. Suhu tinggi juga berdampak.

Fakta bahwa harga beras tidak terlalu terpukul oleh inflasi seperti produk lain mungkin juga telah mendorong lebih banyak orang untuk membeli beras daripada bahan pokok lainnya. Menurut indeks harga konsumen bulanan yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri Jepang, angka terbaru dari bulan Juni menunjukkan bahwa harga beras hanya naik 7% sejak tahun 2020, dibandingkan dengan kenaikan masing-masing sebesar 21% dan 20% untuk roti dan mi.

Perwakilan JA Zenchu juga meminta warga untuk tidak panik. Ia menyebut sebenarnya stok masih cukup untuk masyarakat.

“Jadi pemerintah meminta masyarakat untuk tetap tenang dan bertindak sesuai dengan situasi,” kata perwakilan tersebut.

“Sangat penting bagi produsen dan konsumen untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara pasokan dan permintaan beras. Kita harus terus mencermati situasi saat ini dan memastikan bahwa upaya produksi kita sejalan dengan permintaan produksi beras pada tahun 2025,” tambahnya.

https://slots-kas138.store/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*